SUMATERAEKSPRES.COM – Capres nomor urut dua Prabowo Subianto, mengungkapkan kisah tentang dirinya yang lahir dari keluarga yang majemuk.
Hal itu disampaikannya saat melakukan pertemuan dengan Persekutuan Gereja-gereja Indonesia (PGI) di Graha Oikumene, Jakarta, Jumat 19 Januari 2024.
“Saya datang dari keluarga yang ayahnya (suku) Jawa, Ibunya Sulawesi. Saya tahu majemuk.”
“Ada (keluarga) yang Kejawen, ada yang Muslim, ada yang Kristen. Kita hidup rukun tidak ada masalah,” kata dia.
Baca Juga:
Perlindungan Hukum Wajib Ditegakkan dalam Kasus Pemerkosaan Siswi SMP di Palembang, Sumsel
Prabowo melanjutkan, tidak pernah sekalipun dalam keluarganya mempermasalahkan perbedaan agama.
Baca artikel lainnya di sini : Seluruh Anak Indonesia bisa Dapat Makan Siang yang Bergizi, Langkah Prabowo Ringankan Beban Ojol
Ketika pertikaian terjadi pun, hal itu disebabkan oleh ketidakcocokan dalam berpendapat.
“Kita hidup rukun tidak ada masalah. Kalau bertikai bukan urusan agama pasti karena ketidakcocokan, bukan masalah agama,” ujar Prabowo.
Baca Juga:
Termasuk Palembang, Sebanyak 13 Wilayah Nusantara Berpotensi Dilanda Hujan dengan Intensitas Ringan
Kobaran Api Melahap Lahan Seluas 8 Hektare di Kabupaten Bintan Provinsi Kepulauan Riau.
Dalam kesempatan itu, ia mengaku sudah beberapa kali bertemu dengan pemimpin, dan anggota PGI.
Lihat konten video lainnya, di sini: Presiden Konfederasi Serikat Pekerja Nusantara, Ristadi : Tenang Pak Prabowo, Pekerja Buruh Bersama Bapak
Prabowo mengenang, kedekatan keluarganya dengan PGI bermula ketika salah satu pamannya memimpin Lembaga Alkitab Indonesia pada tahun 60-an.
“Saya kira saya bukan orang baru di kalangan PGI. Kalau tidak salah di ruangan ini juga bertatap muka dengan wartawan Kristen.”
Baca Juga:
Gelaran Pilkada Serentak 2024, Polri Ungkap Sebanyak 8 Provinsi yang Masuk Kategori Rawan Konflik
Sumatera Media Center Dukung Pilkada 2024 untuk Menangkan Pilkada di Sumatera Lewat Publikasi
“Dan banyak keluarga saya memang juga dari keluarga besar Kristen Protestan,” ujar dia.
“Bahkan saya ingat salah satu paman saya juga memimpin Lembaga Alkitab Indonesia, tahun jaman dulu 60-an. Dan waktu itu gedung PGI belum sebagus ini,” tambah dia.
Tidak hanya dalam keluarga, menurut Prabowo kehidupannya juga diwarnai dengan kemajemukan.
Ia bercerita selama bertugas sebagai tentara, kawan-kawan hingga komandannya berasal dari berbagai suku dan agama.
Portal berita ini menerima konten video dengan durasi maksimal 30 detik (ukuran dan format video untuk plaftform Youtube atau Dailymotion) dengan teks narasi maksimal 15 paragraf. Kirim lewat WA Center: 085315557788.
“Saya masuk tentara, masuk Akmil, Sapta Marga itu pertahanan Pancasila.”
“Saya tidur di sebelah saya ada orang Katolik, Hindu. Bersama-sama kita operasi,” imbuhnya.
Salah satu nasihat yang tidak terlupa, yaitu dari seniornya Tarmizi Taher, seorang Laksamana AL yang menjabat sebagai Menteri Agama tahun 1993-1998.
Saat itu, Tarmizi menekankan masyarakat minoritas merupakan saudara seperjuangan yang juga bagian dari bangsa Indonesia.
“Orang-orang minoritas bukan indekos, dia bayar. Dia bayar dengan keringat dan air mata.”
“Jadi dia adalah saudara kita, seperjuangan, saudara sebangsa dan setanah air,” kata Prabowo.***